Waktu aku mengikuti kelas kuliah agama, ada satu perkataan dosenku yang sangat membekas dalam pikiranku setelah selesai mengikuti kuliah. Kata itu adalah " sebelum kau memimpin orang, pimpinlah dirimu sendiri terlebih dahulu ". Mungkin kata ini terkesan simple bagi beberapa orang atau bahkan terkesan enteng, tetapi bagiku kata ini sangat dalam bagiku dikarenakan kondisiku sekarang yang berada diposisi sutradara dalam pementasan teater fakultas. Ketika dosenku mengucapkan kata ini aku menjadi tersadar dengan posisiku sebagai sutradara yang buruk!Dosenku ini melanjutkan kata-katanya, ia berkata bahwa memerintah seseorang itu gampang sekali, tetapi ketika kita memimpin diri kita sendiri itu lebih susah. Ketika kita memerintah seseorang mengeluarkan pulpen seseorang yang kita perintah itu pasti akan menuruti apa yang kita perintahkan tetapi ketika kita memerintah diri kita sendiri, ketika kita memimpin diri kita sendiri pasti akan ada pertentangan dari diri kita sendiri. Nah, pasti akan sulit bagi kita untuk memimpin diri kita sendiri dibandingkan memimpin orang lain.
Hal ini sangat membuatku terinspirasi, terkadang aku sebagai sutradara terlalu idealis dengan ide-ideku tanpa memikirkan bagaimana dampak selanjutnya. Aku terkadang terlalu keras kepala dan melupakan tentang permasalahan dalam pementasanku kedepannya. Tetapi untungnya aku dulu sudah melupakan idealisme dan sifat keras kepalaku, aku sudah mengubah semua konsep teater dan membuatnya lebih simple. Terkadang memang susah menghilangkan sifat keras kepala kita tetapi demi kebaikan bersama hal itu harus dilakukan.
Kata-kata dosen agamaku mengingatkanku bahwa aku harus menjadi pemimpin yang tahu juga tentang bawahanku, bukan hanya memerintah saja. Aku yakin kalau kita sudah terbiasa memimpin diri kita sendiri, kita pasti akan menjadi pemimpin yang bagus juga. Ketika kita sudah bisa memimpin diri kita sendiri otomatis disaat kita memimpin bawahan akan menjadi serius, bukan hanya main-main. Kita akan lebih berfikir kedepan dan tidak menganggap semua hal gampang. Aku sudah banyak melihat sutradara di Fakultasku dan kebanyakan dari mereka hanyalah seseorang yang idealis dengan idenya. Menganggap semua gampang, kerjanya cuma memerintah dan memerintah saja tetapi ia tidak memikirkan bagaimana music yang akan diciptakan atau bagaimana penghayatan pemain yang harus dilakukan. Mereka hanya menganggap semua gampang dan menyerahkan semua tanggung jawab ke bawahan. Ia lupa memimpin dirinya sendiri, ia lupa menjadi contoh bagi bawahannya.
Tetapi dari perkataan dosenku itu aku menjadi sadar bahwa menjadi pemimpin bukan hanya sekedar memerintah saja tetapi ada banyak hal yang harus dilakukan oleh seorang pemimpin selain menghasilkan sesuatu, yaitu: menjadi contoh. Menjadi contoh itu hal yang terpenting. Pemimpin bukan hanya memerintah saja, tetapi juga merasakan penderitaan bawahannya. Turun langsung ke bawah dan mendengar keluh kesahnya. Aku sekarang mulai melakukannya ke pemain teaterku. Ya.. kegagalan memang kejadian yang menyakitkan tetapi yang terpenting adalah bagaimana kita merespon terhadap kegagalan itu.
Aku sudah mulai belajar sedikit demi sedikit.. semoga cita-citaku menjadi pemimpin bisa tersampai. Aku akan berusaha ..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar