Kamis, 07 Januari 2016

Budaya Ulangan di Indonesia

   Ulangan adalah suatu yang sering terjadi dalam pendidikan didunia. Ulangan sering ditanggap serius oleh beberapa orang. Kebanyakan sistem ulangan digunakan sebagai standar kelulusan bagi beberapa negara tetapi di Finlandia menganggap bahwa ulangan hanyalah tes biasa. Tetap mendapatkan nilai, tetapi tidak menentukan kelulusan seseorang. Di Finlandia ulangan nasional seperti negara kita tetap ada, tetapi bedanya di Finlandia ulangan nasional hanya dijadikan tes kemampuan anak didik sebagai tolak ukur mengukur kemampuan mereka selama ini. Ulangan Nasional tidak dijadikan tolak ukur kelulusan, hampir semua orang bisa lulus dan memasuki universitas di Finlandia. Sehingga ketika dihadapkan dengan ujian mahasiswa-mahasiswi di Finlandia menganggapnya dengan senyum bahagia, bukannya stress seperti ujian yang berada di negara kita.

   Budaya ulangan di negara kita sering dianggap sebuah beban bagi anak didik kita. Ulangan yang seharusnya ditanggap dengan senyum bahagia tetapi malah dianggap sebagai beban oleh anak didik kita. Penyebabnya-pun banyak. Penyebab yang paling besar adalah karena ulangan dianggap sebagai tolak ukur kelulusan siswa, sehingga ketika dosen/guru memberitahukan akan ada ulangan, seluruh siswa akan tersentak dan agak ketakutan dikarenakan ia harus belajar keras agar lulus. Tidak peduli apakah ia suka atau tidak kepada pelajaran itu, yang pasti ia harus belajar dengan keras agar lulus. 

  Efek negatif dari budaya ulangan ini adalah sisi kekerasannya. Tujuan sebenarnya menempuh pendidikan adalah untuk mendapatkan ilmu bukan untuk mendatkan nilai dan peringkat yang bagus. Dengan adanya budaya ulangan seperti ini akan mengganggu psikologis anak didik, terutama bagi mereka yang terlahir bertentangan dari sistem pendidikan kita ini. Budaya ulangan seperti ini hanya akan menimbulkan kesan memaksa anak didik untuk mendapatkan nilai yang sempurna. Ketika kesan memaksa itu terdapat dalam sistem mengajar maka akan terdapat unsur kekerasan didalamnya. Dan ketika kita sudah mendengar kata kekerasan semua akan berakhir menjadi kebencian. Dengan adanya budaya ulangan ini menyebabkan siswa menjadi cenderung hanya belajar ketika ulangan ada, bukan ketika proses belajar-mengajar berlangsung menyebabkan anak didik cenderung bersikap skip dan masa bodoh dengan pelajaran sebelumnya. Dan parahnya, karena sistem pendidikan kita hanya berpacu pada nilai, maka anak didik yang merasa tertekan dengan ulangan mereka akan cenderung melakukan kecurangan untuk mendapatkan nilai yang bagus.

  Terkadang kita sebagai kaum intelektual butuh pemikiran yang lebih universal. Melihat dari berbagai sisi, bukan hanya melihat pendidikan sebagai penghasil bibit unggul, tetapi kita juga perlu melihat sisi psikologis anak didik dan menciptakan suasana pendidikan yang kondusif, progresif, dan bermentalkan baja.

 Budaya ulangan seharusnya tidak dianggap terror oleh anak didik kita, malah sebaliknya budaya ulangan seharusnya diterima dengan senang hati sebagai media untuk melatih kemampuan diri bukannya media penentu kelulusan. Budaya ulangan seharusnya diterima dengan senang hati tanpa adanya paksaan ataupun kekerasan. 

1 komentar: